Grafik pengunjung

Minggu, 29 Mei 2011

Temuan Baru Teknik Tanam Mangrove di Lahan Tergenang

lawupos.net:Prof Dr Cecep Kusmana MS, salah seorang anggota komunitas Nahdlatul Ulama (NU) Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan inovasi tepat guna untuk menanam mangrove pada lahan tergenang air yang dalam maupun pada lahan dialiri air deras melalui teknik pembuatan guludan bambu.

Guru besar Fakultas Kehutanan (Fahutan), Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menamakan inovasi tepat guna tersebut dengan Teknik Guludan dan Air Tenang (TGAT).
Dalam perbincangan dengan NU Online di Bogor, Selasa (9/3), Prof Cecep Kusmana mengemukakan, teknik guludan tersebut ditemukannya melalui penanaman mangrove di lokasi tergenang air maupun pada lahan air deras pada kawasan hutan mangrove milik Pemprov DKI Jakarta di kawasan pesisir Angke Kapuk.


Prof Cecep yang juga ayang juga mantan Dekan Fahutan IPB melanjutkan, uji coba penanaman mangrove melalui teknik guludan dilakukan dengan merehabilitasi kawasan pertambakan hutan mangrove Angke Kapuk yang membentang di sepanjang Jalan Tol Sedytamo, Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Sistematika pembuatan guludan dilakukan dengan cara membuat guludan pada lahan yang terendam air yang dalam (tambak) dengan jarak tanam 1 x 1m, 0,5 x 0,5 m, dan 0,25 x 0,25 m pada tahun pertama.
Pembuatan guludan yang sama pada lahan terendam air yang dalam berarus deras di pinggir pantai pada tahun kedua. Kemudian pembuatan guludan yang sama di pinggir pulau kecil yang berada di tengah laut pada tahun ketiga.
Program yang dilakukan sepanjang tahun 2005-2008 tersebut bekerjasama dengan PT Jasamarga dan dan Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta.

Selama kurun 2005-2008, Prof Cecep beserta sejumlah kolega peneliti dari Fahutan IPB melakukan uji coba penanaman.
Pada tahap awal sebanyak 60 guludan ditanam di sejumlah lokasi yang sukar ditanami mangrove, yakni lahan tergenang air dengan kedalaman antara 2 hingga 3 meter karena permukaan air tambak sudah berada di bawah tinggi permukaan air laut akibat tanah di daerah pesisir tersebut mengalami penurunan (land subsidience).

Lahan uji coba berikutnya yaitu pada daerah-daerah cekungan sepanjang pinggir sungai dan kubangan-kubangan air yang terdapat di areal yang mengalami deforestasi berat.
Dalamnya kolam air tersebut merupakan kendala bagi rehabilitasi lahan melalui upaya penanaman mangrove karena anakan jenis mangrove yang ditanam tidak dapat hidup kalau secara permanen terendam air tanpa adanya proses penggenangan pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut.
Berikutnya pada lahan pantai yang kerap dilanda pasang maupun surut arus air laut. Penanaman mangrove di areal ini sangat sulit dilakukan, apalagi pada areal yang telah mengalami deforestasi dan permukaan air laut menaik seperti yang terjadi di pesisir Jakarta.

“Selama puluhan tahun Pemda DKI melakukan berbagai upaya penanaman mangrove di kawasan Kapuk, namun selalu gagal. Faktornya adalah genangan air. Setelah kami coba teknik guludan, tanaman mangrove dapat tumbuh dengan baik di lahan tergenang tersebut,” papar Prof Cecep.
Keberhasilan Cecep menemukan teknik guludan dalam menanam mangrove di lahan tergenang, menggugah Depdiknas melibatkannya dalam program hibah penelitian bersaing. Program ini dilakukan pada 2008-2009.
“Penanaman mangrove hanya bisa dilakukan di lahan yang tidak tergenang. Kalau lahannya tergenang biasanya penanaman selalu gagal. Dengan teknik guludan, mangrove dapat ditanam di lahan tergenang,” ungkap dia.

Penemuan Prof Cecep, mengundang ketertarikan sejumlah BUMN untuk mengadopsi teknik tersebut. Tak ayal kini sejumlah BUMN bak berlomba menanam mangrove di kawasan Kapuk dan sekitar pesisir Jakarta dengan menggunakan teknik guludan.
Kini ada ribuan guludan yang ditanam oleh BUMN dan sejumlah instansi pemerintah dan swasta yang ditanam di kawasan tersebut dengan total areal mencapai ratusan hektar.
Setiap guludan rata-rata berisi sekitar 224 batang mangrove. Dengan begitu kini telah ada ratusan ribu batang tanaman mangrove yang baru ditanam di kawasan yang telah dijadikan sebagai daerah konservasi ibukota tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar